MORFOLOGI
AFIKSASI
- Afiksasi adalah pengimbuhan kata
- Afik adalah imbuhan
Bagian
dari afik:
1.
Infik:sisipan
2.
Prefik:morfem yang terletak diawal
Contoh: sisipan el
3.
Simulfik:peningkatan imbuhan
Contoh:kopi-mengopi
4.
Sufik:akhiran
5.
Konfik:awalan dan akhiran
Contoh:ber-an
Seperti
kata: bergetaran,perbuatan,kemenangan,perumahan.pemekaran dan lain-lain.
Konfik: - Apitan: seperti kata keguguran
-
Gabungan
Perbedaan apitan dan gabungan, adalah:
Apitan hadirnya serentak antara
awalan dan akhiran seperti kata:keguguran.
Gabungan hadirnya tidak serentak
tetapi tetap dibaca satu-satunya.
NOMINA DAN PRONOMINA
Nomina merupakan
salah satu kelas kata yang menyatakan benda atau hal yang dibendakan. Seperti
kata: kursi, meja dan lain-lain.
Pronomina
adalah kata ganti. Pronomina terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Pronomina persona
tunggal: pertama tunggal, kedua tunggal, ketiga tunggal.
2. Pronomina persona jamak: kami, kita, mereka
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Melayau
|
Keterangan
|
Saya
|
Aku
|
Menyatakan
diri sendiri/pelaku utama.kata aku sering dipakai masyarakat trutama
masyarakat kampung.
|
Dia
|
Dio
|
Menyetakan
org kedua.Biasa banyak dipakai orang daerah siak.Karena logat bahasa siang
banyak menggunakan vocal O
|
Mereka
|
Miko
|
Menyatakan
orang jamak/lebih dari satu orang. Biasa banyak dipakai orang daerah siak.
|
Kita
|
Awak
|
Menyatakan
orang jamak/lebih dari satu orang.Biasa dipakai orang -orang melayu.
|
Dia
|
Budak
tu
|
Untuk
menyatakan seseorang,budak disini bukan berarti seorang pekerja tetapi
mewakili seseorang.
|
Saya
|
Saye
|
Menyatakan
diri sendiri/pelaku utama.Biasa banyak digunakan oleh masyarakat Kepri karena
masyarakat kepri dominan menggunakan vocal e.
|
Mereka
|
mike
|
Menyatakan
orang jamak/lebih dari satu orang. Biasa banyak digunakan oleh masyarakat
Kepri karena masyarakat kepri dominan menggunakan vocal e.
|
ADVERBIA
Adverbiah adalah kata yang menjelaskan
verba, adjektifa, sifat atau adverbia lain.
ADVERBIA DARI SEGI BENTUKNYA
1. Adverbia Tunggal
Adverbia Tunggal dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu adverbia yang berupa kata dasar dan adverbia yang berupa kata
berafiks.
1. Adverbia yang berupa kata dasar/tunggal
Adverbia yang berupa kata dasar hanya
terdiri atas satu kata dasar. Karena jenis adverbia dasar tergolong ke dalam
kelompok kata yang keanggotaannya tertutup.
Contoh: baru paling
hampir segera
2. Adverbia yang berupa kata berafiks Tunggal
Adverbia yang berupa kata berafiks
diperoleh dengan menambahkan gabungan afiks se-nya atau afiks –nya
pada kata dasar.
1. Yang berupa penambahan gabungan afiks se-nya
pada kata dasar. Contoh: Sebaiknya kita segera membayarkan pajak itu.
2.
Yang berupa penambahan –nya pada kata dasar. Contoh:
Rasanya saya sudah melaporkannya kemarin.
3.
Adverbioa yang
berupa kata ulang
Adverbial yang berupa kata ulang terdiri
dari 4 macam, yaitu:
1. Adverbia yang berupa pengulangan kata
dasar:
Contoh: Anak itu pelan-pelan membuka
matanya.
2. Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar
dengan penambahan prefiks se-:
Contoh: Sepandai-pandai guru, ia
tidak boleh meremehkan muridnya.
3. Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar
dengan penambahan sufiks –an:
Contoh: Kami memarahinya habis-habisan
kemarin.
4. Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar
dengan penambahan gabungan afiks se-nya:
Contoh:
Burung itu terbang setinggi-tingginya.
2.
Adverbia
Gabungan
Adverbial
terbagi menjadi 2 macam:
1.
Adverbia yang
berdampingan:
Contoh: Lagi pula rumahnya beru jadi
minggu depan.
2. Adverbia tidak berdampingan:
Contoh:
Kamu hanya membuang-buang waktu saja.
ADVERBIA DARI SEGI PERILAKU SINTAKTISNYA
Dibedakan menjadi empat macam posisi
adverbial, yaitu:
1. Adverbia yang mendahului kata yang
diterangkan:
Contoh: Ia lebih tinggi dari pada
adiknya.
2. Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan:
Contoh: Tampan nian kekasih barumu.
3. Adverbia yang mendahului atau mengikuti
kata yang diterangkan:
Contoh:
Mahal amat harga barang-barang itu.
4.
Adverbial yang
mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan:
Contoh: Kami hanya menerima saja
apa yang diberikannya.
ADVERBIA DARI SEGI PERILAKU SAMANTISNYA
Dibedakan
menjadi delapan jenis adverbia, yaitu:
1. Adverbia Kualitatif
Adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan tingkat, derajat atau mutu.
Contoh: Saya paling suka makanan
Jepang.
2. Adverbia Kuantitatif
Adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan jumlah.
Contoh:
Lukanya banyak mengeluarkan darah.
3.
Adverbia
Limitatif
Adalah adverbial yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan pembatasan.
Contoh:
Obat itu hanya menghambat pertumbuhan penyakit.
4.
Adverbia
Frekuentatif
Adalah
adverbial yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbial itu. Kata yang tergolong
adverbial ini, selalu, sering, jarang dan kadang-kadang.
Contoh:
Kami selalu makan malam bersama-sama.
5.
Adverbia
Kewaktuan
Adalah
adverbial yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya
peristiwa yang diterangkan oleh adverbial itu.
Contoh: Ayah baru diberhentikan dari
jabatannya.
6. Adverbia Kecaraan
Adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu
berlangsung atau terjadi.
Contoh:
Ikuti dia diam-diam dari belakang.
7.
Adverbia
Kontrastif
Adalah adverbial yangn menggambarkan
pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya.
Contoh:
Siapa bilang dia kikir, justru dia yang menyumbang paing banyak.
8.
Adverbia
Keniscayaan
Adalah
adverbial yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbial
itu.
Contoh: Kami pasti akan menemukannya
nanti.
ADVERBIA KONJUNGTIF
Adverbial
Konjungtif adalah adverbial yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan
klausa atau kalimat yang lain.
a. Menyatakan pertentangan dengan yang
dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Seperti: biarpun demikian/begitu, sekalipun
demikian, sungguhpun demikian, walaupun demikian, dan meskipun demikian.
b. Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau
keadaan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Seperti: kemudian, sesudah
itu, setelah itu, selanjutnya.
c. Menyatakan hal, peristiwa, atau keadaan
disamping hal, peristiwa, atau keadaan yang telah disebutkan sebelumnya.
Seperti: tambahan pula, lagi pula, selain itu.
d. Mengacu ke kebalikan dari yang telah
dinyatakan sebelumnnya. Seperti: sebaliknya.
e. Menyatakan bahwa yang digambarkan oleh
predikasi kalimat adalah benar. Seperti: sesungguhnya, bahwasannya.
f. Menyatakan penguatan terhadap peristiwa,
hal, atau keadaan yang dinyatakan sebelumnya. Seperti: malah(an), bahkan.
g. Menyatakan pertentangan dengan peristiwa,
hala tau keadaan yang dinyatakan sebelumnya. Seperti: (akan) tetapi, anmun.
h. Menyatakan keeksklusifan dan keinsklusifan.
Seperti: kecuali itu.
i.
Menyatakan konsekuensi. Seperti: dengan demikian
j.
Menyatakan akibat. Seperti: oleh karena itu, oleh
sebab itu.
k. Menyatakan kejadian yang mendahului
peristiwa, hal, atau keadaan yang dinyatakan sebelumnnya. Seperti: sebelum itu.
BATASAN VERBA DAN CIRI VERBA
Ciri-ciri
verba dapat diketahui dengan mengamati (1) prilaku semantis, (2) prilaku
sintaksis, dan (3) bentuk morfologisnya.
a. Verba memiliki fungsi utama sebagai
predikat atau sebagai intipredikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi
lain.
Contoh: (1) Pencuri itu lari.
(2) Mereka sedang belajar di
kamar.
(3) Bom
itu seharusnya tidak meledak.
(4) Orang asing itu tidak
akan suka masakan Indonesia
b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi),proses,atau
keadaan yang bukan sifat atau
kualitas.
c. Verba,khususnya yang bermakna keadaan,tidak
dapat diberi prefiks ter-yang berarti ‘paling’.Verba mati atau suka
,misalnya,tidak dapat diubah menjadi *termati atau *tersuka.
d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung
dengan kata-kata yang menyatakan makna
kesangatan.Tidak ada bentuk seperti *agak belajar,*sangat pergi,dan
*bekerja seakali meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya ,agak mengecewakan
,dan mengharapkan sekali.
VERBA DARI SEGI PRILAKU SINTAKTISNYA
Verba merupakan unsur yang sangat
penting dalam kalimat karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur
lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut.Verba mendekat,misalnya,mengharuskan
adanya subjek sebagai pelaku,tetapi melarang munculnya nomina
dibelakangnya.Sebaliknya,verba mendekati mengharuskan adanya nomina
dibelakangnya.Perilaku sintaktis seperti ini berkaitan erat dengan makna dan
sifat ketransitifan verba.
1.
Pengertian
Ketransitifan
Dari segi sintaktisnya,ketransitifan
verba ditentukan oleh dua faktor: (1) adanya nomina yang berdiri dibelakang
verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif dan (2) kemungkinan
objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Dengan demikian, pada dasarnya verba
terdiri atas verba transitif dan verba taktransitif. Verba taktransitif ada
pula yang berproposisi.
a.
Verba Transitif
Verba
transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif,
dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Perhatikan
contoh berikut.
(5) ibu sedang membersihkan
kamar itu.
(6) Rakyat pasti mencintai
pemimpin yang jujur.
(7) Polisi harus memperlancar arus lalu lintas.
(8) Polisi
akan memberlakukan peraturan itu segera.
(9)
Sekarang orang sukar mencari pekerjaan.
Verba yang dicetak miring adalah contoh
(5-9) adalah verba transitif.Masing-masing diikuti oleh nomina atau frase
nominal,yaitu kamar itu,pemimpin yang jujur,arus lalu lintas,peraturan itu,dan
pekerjaan.Nomina dan frasa nominal itu berfungsi sebagai objek yang dapat juga
dijadikan subjek pada kalimat pasif seperti
(5a)
Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu.
(6a)
Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar