Kata majemuk atau kompositum
adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang
mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantic yang khusus menurut kaidah bahasa
yang bersangkutan. Pola khusus tersebut
membedakannya dengan frasa atau gabungan kata-gabungan morfem
yang bukan kata majemuk. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kamar mandi
adalah kata majemuk, sedangkan baju hijau adalah frasa; dalam bahasa
inggris blackbird adalah kata majemuk, sedangkan black bird
adalah frasa.
Kata majemuk dibentuk oleh
proses pemajemukan atau komposisi yang merupakan proses morfologis,
sedangkan frasa dibentuk oleh proses sintaksis. Kata majemuk dalam bahasa
Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. ketaktersisipan
yang berarti di antara unsur-unsur kompositum tidak dapat disisipi apa pun;
2. ketakterluasan
yang berarti setiap unsur kompositum tidak dapat diimbuhkan
kecuali sekaligus; serta
3. ketakterbalikan
yang berarti unsur kompositum tidak dapat dipertukarkan
Kata majemuk memiliki struktur
tetap, tidak dapat di sisipi kata lain. Contohnya:
Meja makan
gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya
tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya.
Makan meja (tidak logis)
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti
yang, sedang, dan lain-lain.
Meja (yang) makan (tidak logis)
Meja (sedang) makan (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut
membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau
ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Meja makan
gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya.
Makan meja (tidak logis)
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang, sedang, dan lain-lain.
Meja (yang) makan (tidak logis)
Meja (sedang) makan (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Rumah baru (a)
Tono sakit (b)
Rumah sakit (c)
secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b)
sama dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai
makna “rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan
kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari
makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua
(c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati
dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang
terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah
yang disebut dengan membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat
ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar