Bagi
sebagian wanita, sepatu high heels atau hak tinggi dapat menunjang penampilan
agar lebih percaya diri. Sepatu dengan hak tinggi juga akan membuat pemakainya
merasa lebih seksi dan juga berpostur lebih tinggi.
Namun hasil
studi yang dimuat dalam Journal of Applied Phsyology menemukan bahwa perempuan
yang menggunakan sepatu berhak tinggi selama 40 jam dalam seminggu akan
mengalami perubahan cara berjalan, bahkan ketika sepatu bertumit tinggi itu
tidak sedang dipakai.
Mereka yang
hobi memakai sepatu bertumit tinggi itu akan mengalami tekanan mekanikal pada
bagian otot betis yang mengurangi efisiensi berjalan. Hal ini juga ditengarai
berpotensi menyebabkan cidera.
Pakar lain
menyatakan high heels menyebabkan kesejajaran tulang belakang dan pinggul
terganggu, serta menyebabkan tekanan pada lutut meningkat. Ditambah lagi dengan
penebalan saraf antara jari-jari kaki sehingga menyebabkan kaki terasa nyeri.
Oleh karena itulah, sebaiknya Anda mempertimbangkan
kembali risiko yang didapatkan dengan keuntungan dari memakai sepatu bertumit
menjulang itu. Bila tuntutan pekerjaan menyebabkan Anda harus tetap memakai
high heels, para dokter menyarankan agar Anda memakainya pada saat-saat
tertentu saja, misalnya saat bertemu klien atau harus presentasi. Selain itu
jangan tunggu sampai masalah di kaki menjadi kronik, segera periksakan keluhan
yang timbul.
Siapa yang tak suka mengenakan sepatu high heels? Rasanya hanya sedikit saja
kaum hawa yang tak suka mengenakan sepatu high heels.
Sepatu high heels alias sepatu dengan hak tinggi memang dapat menunjang
penampilan bagi kaum hawa. Dengan mengenakan sepatu high heels, tak jarang akan
menambah kepercayaan diri bagi sang pemakai. Namun hati-hati karena sepatu high
heels terkadang dapat membuat nyeri pada kaki. Apalagi jika si pengguna pernah
mengalami cidera sebelumnya.
Menurut dr Nilla Mayasari MKes SpKFR, spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi, kebiasaan menggunakan high heels dapat mengakibatkan peradangan
pada telapak kaki atau istilah medisnya Plantar Faciitis.
Plantar Faciitis disebabkan karena peregangan yang berlebihan pada jaringan
fascia di telapak kaki saat menggunakan high heels--terutama hak di atas 5 cm
dan model stiletto.
"Selain karena penggunaan high heels ditambah lagi dengan berat badan
yang berlebih sehingga menambah berat keluhan," kata dr Nilla Mayasari.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara riwayat cidera sebelumnya dengan
keluhan saat ini, diperlukan informasi seperti posisi jatuh, kondisi kaki
setelah jatuh dan pemeriksaan fisik.
Karena itu, dr Nila menyarankan mulailah meninggalkan kebiasaan menggunakan
high heels, mulailah menurunkan berat badan serta menjalani program
rehabilitasi berupa penggunaan Ultrasound Diathermy serta latihan peregangan
pada fascia plantaris.
Mengenakan sepatu hak tinggi atau
high heels memang akan membuat wanita tampil lebih percaya diri. Namun
bagaimana halnya jika perempuan hamil yang sering mengenakan high heels? Apakah
kebiasaan memakai sepatu tinggi itu dapat memengaruhi janin didalam kandungan
si ibu?
Menurut dr Nasruddin AM SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
penggunaan sepatu atau sandal tinggi (high heels) pada kehamilan tidak memberi
pengaruh atau dampak pada janin. Pengaruh yang kurang baik sebenarnya bukan
pada janin, namun kondisi rahim tempat janin berkembang.
"Sepatu atau sandal yang tinggi menyebabkan perubahan anatomi dan
fisiologi otot dan rangsang saraf tungkai bawah yang selanjutnya berpengaruh
pada rahim," kata Nasruddin yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedoktern
Universitas Muslim Indonesia Makassar ini.
Keluhan umum yang dapat dirasakan adalah kontraksi rahim atau nyeri tulang
belakang yang berulang.
Nah, jika hal ini dibiarkan maka akan memicu ancaman abortus atau persalinan
prematur. Namun kondisi ini tidak secara otomatis terjadi, juga sangat
tergantung kondisi fisik wanita hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar