Selasa, 12 Juni 2012

Waspadai Cidera Akibat High Heels



Bagi sebagian wanita, sepatu high heels atau hak tinggi dapat menunjang penampilan agar lebih percaya diri. Sepatu dengan hak tinggi juga akan membuat pemakainya merasa lebih seksi dan juga berpostur lebih tinggi.
Namun hasil studi yang dimuat dalam Journal of Applied Phsyology menemukan bahwa perempuan yang menggunakan sepatu berhak tinggi selama 40 jam dalam seminggu akan mengalami perubahan cara berjalan, bahkan ketika sepatu bertumit tinggi itu tidak sedang dipakai.
Mereka yang hobi memakai sepatu bertumit tinggi itu akan mengalami tekanan mekanikal pada bagian otot betis yang mengurangi efisiensi berjalan. Hal ini juga ditengarai berpotensi menyebabkan cidera.
Pakar lain menyatakan high heels menyebabkan kesejajaran tulang belakang dan pinggul terganggu, serta menyebabkan tekanan pada lutut meningkat. Ditambah lagi dengan penebalan saraf antara jari-jari kaki sehingga menyebabkan kaki terasa nyeri.
Oleh karena itulah, sebaiknya Anda mempertimbangkan kembali risiko yang didapatkan dengan keuntungan dari memakai sepatu bertumit menjulang itu. Bila tuntutan pekerjaan menyebabkan Anda harus tetap memakai high heels, para dokter menyarankan agar Anda memakainya pada saat-saat tertentu saja, misalnya saat bertemu klien atau harus presentasi. Selain itu jangan tunggu sampai masalah di kaki menjadi kronik, segera periksakan keluhan yang timbul.
Siapa yang tak suka mengenakan sepatu high heels? Rasanya hanya sedikit saja kaum hawa yang tak suka mengenakan sepatu high heels.
Sepatu high heels alias sepatu dengan hak tinggi memang dapat menunjang penampilan bagi kaum hawa. Dengan mengenakan sepatu high heels, tak jarang akan menambah kepercayaan diri bagi sang pemakai. Namun hati-hati karena sepatu high heels terkadang dapat membuat nyeri pada kaki. Apalagi jika si pengguna pernah mengalami cidera sebelumnya.
Menurut dr Nilla Mayasari MKes SpKFR, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, kebiasaan menggunakan high heels dapat mengakibatkan peradangan pada telapak kaki atau istilah medisnya Plantar Faciitis.
Plantar Faciitis disebabkan karena peregangan yang berlebihan pada jaringan fascia di telapak kaki saat menggunakan high heels--terutama hak di atas 5 cm dan model stiletto.
"Selain karena penggunaan high heels ditambah lagi dengan berat badan yang berlebih sehingga menambah berat keluhan," kata dr Nilla Mayasari.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara riwayat cidera sebelumnya dengan keluhan saat ini, diperlukan informasi seperti posisi jatuh, kondisi kaki setelah jatuh dan pemeriksaan fisik.
Karena itu, dr Nila menyarankan mulailah meninggalkan kebiasaan menggunakan high heels, mulailah menurunkan berat badan serta menjalani program rehabilitasi berupa penggunaan Ultrasound Diathermy serta latihan peregangan pada fascia plantaris.
 Mengenakan sepatu hak tinggi atau high heels memang akan membuat wanita tampil lebih percaya diri. Namun bagaimana halnya jika perempuan hamil yang sering mengenakan high heels? Apakah kebiasaan memakai sepatu tinggi itu dapat memengaruhi janin didalam kandungan si ibu?
Menurut dr Nasruddin AM SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, penggunaan sepatu atau sandal tinggi (high heels) pada kehamilan tidak memberi pengaruh atau dampak pada janin. Pengaruh yang kurang baik sebenarnya bukan pada janin, namun kondisi rahim tempat janin berkembang.
"Sepatu atau sandal yang tinggi menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi otot dan rangsang saraf tungkai bawah yang selanjutnya berpengaruh pada rahim," kata Nasruddin yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedoktern Universitas Muslim Indonesia Makassar ini.
Keluhan umum yang dapat dirasakan adalah kontraksi rahim atau nyeri tulang belakang yang berulang.
Nah, jika hal ini dibiarkan maka akan memicu ancaman abortus atau persalinan prematur. Namun kondisi ini tidak secara otomatis terjadi, juga sangat tergantung kondisi fisik wanita hamil.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar